Beranda | Artikel
Delapan Metode Pembelajaran: Keteladanan
Selasa, 22 Juni 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Delapan Metode Pembelajaran: Keteladanan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 20 Syawwal 1442 H / 01 Juni 2021 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Delapan Metode Pembelajaran: Keteladanan

Dimasa-masa pandemi seperti sekarang ini, tentunya anak belajar dari rumah (daring). Keberadaan anak di rumah ini menjadi “PR” bagi para orangtua, karena mau tidak mau, suka tidak suka mereka berperan sebagai guru bagi anak-anak mereka di rumah.

Pembelajaran anak di rumah berbeda dengan di sekolah. Belajar di sekolah itu amat terikat dengan tempat, waktu, jadwal, kurikulum dan juga dengan guru yang mungkin berbeda-beda. Setiap guru punya karakter, cara dan metode yang berbeda, terutama metode pendekatan kepada para murid.

Sedangkan pembelajaran di rumah berlangsung setiap hari, setiap saat, dan dilakukan oleh orang yang sama, yaitu kedua orangtua. Tidak ada kurikulum baku, tidak ada waktu/jadwal tertentu. Tentunya ini membuatt pendidikan di rumah menjadi lebih sulit.

Kalau kita andaikan, pendidikan anak itu sebagai suatu prosedur khusus yang menyita peran para pendidik (terutama para orangtua) untuk melibatkan diri sepenuhnya di dalam prosedur tersebut. Tentu ini perlu konsistensi/kesinambungan karena pendidikan itu tidak boleh putus. Bahkan kalaupun dia sudah meraih gelar atau titel, itu bukan berarti dia berhenti belajar.

Orang tua juga harus mengetahui metode-metode yang perlu mereka lakukan untuk mendidik. Karena pendidikan itu juga harus dilakukan dengan ilmu, tidak bisa asal-asalan ataupun serampangan. Maka di sini ada delapan metode pembelajaran.

1. Keteladanan

Menit ke-6:41 Dengan menjadi teladan, maka kita sudah menjadi guru sebenarnya. Orang tua harus menjadi contoh dan teladan bagi anaknya. Guru -kata orang- digugu dan ditiru. Dan ada pepatah kita mengatakan “guru kencing berdiri murid kencing berlari” artinya apa yang diperagakan oleh pendidik, maka itu akan diikuti (bahkan lebih) oleh anak didik.

Maka orang tua harus menjadi potret nyata dalam melaksanakan nilai-nilai pendidikan. Misalnya kebaikan-kebaikan yang kita ajarkan, hal-hal yang kita doktrinkan kepada anak-anak. Keteladanan yang baik adalah poin terpenting dalam pendidikan. Bahkan bisa dikatakan tidak ada pendidikan tanpa keteladanan.

Oleh karena itu Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa anak akan tumbuh dengan apa yang dibiasakan oleh pendidiknya, yaitu yang biasa mereka perlihatkan kepada anak-anak mereka. Kalau orang tua berbohong, mungkin tidak ada niat untuk mengajarkan itu kepada anak apalagi memberikan teladan bohong kepada anak. Tapi anak tahu saja kita bohong, itu sudah menjadi suatu pelajaran dan guru baginya.

Ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan menjadi racun dalam pendidikan. Itu akan mementahkan semua teori-teori yang kita sampaikaan kepadanya.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak kajian lengkapnya.

Download mp3 Kajian

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50299-delapan-metode-pembelajaran-keteladanan/